Sabtu, 19 Juli 2014

Berenang (Chapter 3 - Fin)

CHAPTER 3- FIN
Ling – ling nama gadis itu. Dia adalah anak tunggal dari pasangan suami – istri Tionghoa yang tinggal di komplek tersebut. Ling –ling sekolah dan berada di kelas yang sama dengan kami bertiga. Tapi setahu kami, para cewek di kelas pada saat itu diskriminatif sama Ling – ling. Banyak gosip beredar kalau Ling – ling akan berubah jadi Babi begitu ada yang mengajaknya bicara. Kebayang kan seremnya kalo kita lagi ngajakin ngobrol orang, eh orangnya malah berubah kayak Naruto tapi jadi Babi. Dan jadilah Ling – ling gak punya temen.

“Kalian ngapain disini ?”

Ling – ling langsung memeluk Bambang yang begitu dipanggil langsung mendekat ke arah Ling – ling. Kami menatap Ling – ling seperti melihat Tim SAR seakan kami adalah korban gunung Merapi yang ketiban reruntuhan rumah selama 3 hari. Dan kami pun dengan bahagia menceritakan asal – muasal semua bencana ini terjadi.

“oh, empang itu emang punya papa. Itu kalau kalian lewat pintu besi itu, kalian langsung berada di empang itu” ujar Ling – ling mengerti akan situasi kami.

Ling – ling ternyata baik kok. Dan gak ada tanda suaranya berubah jadi ngrok – ngrok seperti yang digosipin. Kami pun cepat akrab dengan Ling – Ling. Dan bercerita banyak. Mana Ling – ling menyuruh pembantunya buatin Es Jeruk pula. Maka sempurnalah amnesia kami tentang Mancing – Rio – Pak Su’ep. Kami mengobrol ditemani mamanya. Kata Mamanya, Ling – ling jarang membawa teman kerumah. Saat hendak gue jawab bahwa kami datang dengan manjat, dan gak direncanain, Wahyu sama Ling – ling sontak melotot bareng.

Setelah bercerita banyak, akhirnya Ling – ling nyadarin kami bahwa kami harus nemuin Pak Su’ep. Karena beliau pasti cemas nyariin kami. Tapi begitu kami mau berangkat ke empang, Pak Su’ep nongol bersama papa nya Ling – ling. Dan akhirnya kami makin lama dan betah di rumahnya Ling – ling.
Karena masih agak letih, Ling – ling inisiatif ngajakin kami berenang aja. Namanya juga bocah, gak mikir panjang dan jadinya kami seperti ikan baru ketemu air setelah nangkring di Sahara selama 3 hari. Hasilnya ya, badan makin capek.

Karena gue belom bisa berenang ( sekarang pun masih belom bisa ), gue lebih sering di pinggiran kolam sambil mandangin Bambang yang duduk mandangin sekitar seakan jadi Bodyguard nya anak presiden. Tiba – tiba Bambang guk – guk gak jelas. Saat itulah mata gue nangkep sesuatu yang gak asing. Gue kaget karena melihat Rio mengendap – endap ngindarin radar nya si Bambang. Tingkahnya sama kayak kami tadi. Gue deketin. Sambil mengendap – endap juga.

“kamu ngapain yo ?” tanyaku saat wajahnya makin pucet di guk – guk’in Bambang.

“WAAAAHHHHH!!!”

Rio kaget hendak lari, namun keburu sadar kalo itu gue. Jitakan mendarat di kepala gue. Rio marah – marah karena kaget. Wahyu sadar kalo ada rio, beranjak deketin dan nanyain kenapa Rio tadi nggak nyusul. Dan dijawab dengan lemes, karena Rio udah jalan sampe jauh banget sampe ketemu yang namanya Jalan besar. Karena dia baru ingat kalo Pak Su’ep pernah cerita tentang empang yang dibelakang komplek Tionghoa,  makanya dia balik lagi dan nanyain satpam komplek ini. Dan yang ada Rio malah mau ditangkep disangkain mau maling. Makanya dia berniat ngumpet disini. Kami tertawa terbahak – bahak mendengar cerita konyol Rio. dan ngelanjutin renangnya kami. Tentunya Rio ikut.

Rencana mancing hari ini buyar seketika. Dan berakhir dengan kesasar. Aku sama Wahyu beruntung sih, bisa berakhir di rumah Ling – ling. Sedangkan Rio, malah tersesat lebih jauh. Tapi yang aneh adalah, kalo udah nggak tahu jalan ke empang, kenapa Rio masih nekat nyusul juga ya ? Itulah uniknya Rio. Masih saja berkeras mewujudkan rencana nya. Walaupun itu sarat akan kebodohan.

Dan pada akhirnya, kami sering mancing disana. Tak lupa juga, Ling – ling kini jadi anggota geng preman nya kami. Ling – ling makin sering main bersama kami. Walau mainnya juga kelereng, ato tajoz. Tapi herannya Ling – ling lebih jago dari Rio sama Wahyu. -__-


  • Pesan Moral : Meskipun seburuk apapun kata orang tentang seseorang lainnya, janganlah kita percaya tanpa kita cari tahu terlebih dahulu. Karena prasangka buruk itu mutlak adalah sifat nggak terpuji. Contoh nya kasus Ling - ling. Setelah dia akrab sama kami, berangsur temen cewek di kelas pada mau main sama dia. Namanya juga manusia. Kadang baik, kadang jahat. Kadang suka, kadang jijik. So, keep positive thingking guys !

Tidak ada komentar:

Posting Komentar